Cari Blog Ini

Minggu, 20 Juni 2010

Gunung Ceremai (seringkali secara salah kaprah dinamakan "Ciremai") secara administratif termasuk dalam wilayah tiga kabupaten, yakni Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Posisi geografis puncaknya terletak pada 6° 53' 30" LS dan 108° 24' 00" BT, dengan ketinggian 3.078 m di atas permukaan laut. Gunung ini merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat.

Gunung ini memiliki kawah ganda. Kawah barat yang beradius 400 m terpotong oleh kawah timur yang beradius 600 m. Pada ketinggian sekitar 2.900 m dpl di lereng selatan terdapat bekas titik letusan yang dinamakan Gowa Walet.

Kini G. Ceremai termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Ceremai (TNGC), yang memiliki luas total sekitar 15.000 hektare.

Nama gunung ini berasal dari kata cereme (Phyllanthus acidus, sejenis tumbuhan perdu berbuah kecil dengan rada masam), namun seringkali disebut Ciremai, suatu gejala hiperkorek akibat banyaknya nama tempat di wilayah Pasundan yang menggunakan awalan 'ci-' untuk penamaan tempat.

Gunung Ceremai termasuk gunungapi Kuarter aktif, tipe A (yakni, gunungapi magmatik yang masih aktif semenjak tahun 1600), dan berbentuk strato. Gunung ini merupakan gunungapi soliter, yang dipisahkan oleh Zona Sesar Cilacap – Kuningan dari kelompok gunungapi Jawa Barat bagian timur (yakni deretan Gunung Galunggung, Gunung Guntur, Gunung Papandayan, Gunung Patuha hingga Gunung Tangkuban Perahu) yang terletak pada Zona Bandung.

Ceremai merupakan gunungapi generasi ketiga. Generasi pertama ialah suatu gunungapi Plistosen yang terletak di sebelah G. Ceremai, sebagai lanjutan vulkanisma Plio-Plistosen di atas batuan Tersier. Vulkanisma generasi kedua adalah Gunung Gegerhalang, yang sebelum runtuh membentuk Kaldera Gegerhalang. Dan vulkanisma generasi ketiga pada kala Holosen berupa G. Ceremai yang tumbuh di sisi utara Kaldera Gegerhalang, yang diperkirakan terjadi pada sekitar 7.000 tahun yang lalu (Situmorang 1991).

Letusan G. Ceremai tercatat sejak 1698 dan terakhir kali terjadi tahun 1937 dengan selang waktu istirahat terpendek 3 tahun dan terpanjang 112 tahun. Tiga letusan 1772, 1775 dan 1805 terjadi di kawah pusat tetapi tidak menimbulkan kerusakan yang berarti. Letusan uap belerang serta tembusan fumarola baru di dinding kawah pusat terjadi tahun 1917 dan 1924. Pada 24 Juni 1937 – 7 Januari 1938 terjadi letusan freatik di kawah pusat dan celah radial. Sebaran abu mencapai daerah seluas 52,500 km bujursangkar (Kusumadinata, 1971). Pada tahun 1947, 1955 dan 1973 terjadi gempa tektonik yang melanda daerah baratdaya G. Ciremai, yang diduga berkaitan dengan struktur sesar berarah tenggara – barat laut. Kejadian gempa yang merusak sejumlah bangunan di daerah Maja dan Talaga sebelah barat G. Ceremai terjadi tahun 1990 dan tahun 2001. Getarannya terasa hingga Desa Cilimus di timur G. Ceremai.

Jalur pendakian

Puncak gunung Ceremai dapat dicapai melalui banyak jalur pendakian. Akan tetapi yang populer dan mudah diakses adalah melalui Desa Palutungan dan Desa Linggarjati di Kab. Kuningan, dan Desa Apuy di Kab. Majalengka. Satu lagi jalur pendakian yang jarang digunakan ialah melalui Desa Padabeunghar di perbatasan Kuningan dengan Majalengka di utara. Di kota Kuningan terdapat kelompok pecinta alam "Akar (Aktivitas Anak Rimba)" yang dapat membantu menyediakan berbagai informasi dan pemanduan mengenai pendakian Gunung Ceremai.

Jalur Linggarjati

Jalur pendakian dari Linggarjati ini sangat jelas, karenanya menjadi pilihan utama para pendaki. Dibandingkan dengan jalur lain, jalur Palutungan misalnya, jalur Linggarjati ini lebih curam dan sulit, dengan kemiringan sampai 70 derajat. Di jalur ini air hanya terdapat di Cibunar.

Dari Desa Linggarjati berjalan lurus, kurang lebih 1/2 jam, mengikuti jalan desa melewati hutan pinus, kita akan sampai di Cibunar (750 m.dpl). Disini kita menjumpai jalan bercabang, ke arah kiri menuju sumber air dan lurus ke arah puncak. Kalau tidak bermalam di Desa Linggarjati, kita bisa berkemah di Cibunar ini.

crater

Persediaan air hendaknya dipersiapkan disini untuk perjalanan pulang pergi, karena setelah ini tidak ada lagi mata air. Dari Cibunar, kita mulai mendaki melewati perladangan dan hutan Pinus, dan kita akan melewati Leuweung Datar (1.285 m.dpl), Condang Amis (1.350 m.dpl), dan Blok Kuburan Kuda (1.580 m.dpl), disini kita dapat mendirikan tenda. Dari Cibunar sampai ke Blok Kuburan Kuda dibutuhkan waktu kira-kira 3 jam.

Jalur akan semakin curam dan kita akan melewati Pengalap (1.790 m.dpl) dan Tanjakan Binbin (1.920 m.dpl) dimana kita bisa temui pohon-pohon palem merah. Selanjutnya kita lewati Tanjakan Seruni (2.080 m.dpl), dan Bapa Tere (2.200 m.dpl), kemudian kita sampai di Batu Lingga (2.400m.dpl), dimana terdapat sebuah batu cukup besar ditengah jalur. Menurut cerita rakyat, dasar kawah Gunung Ciremai sama tingginya dengan Batu Lingga ini. Perjalanan dari Kuburan Kuda sampai ke Batu Lingga ini memakan waktu sekitar 3 - 4 jam. Di beberapa pos, kita dapat jumpai nama tempat tersebut, walaupun kadang kurang jelas karena dirusak.

ciremai

Dari Batu Lingga kita akan melewati Sangga Buana Bawah (2.545 m.dpl) dan Sangga Buana Atas (2.665 m.dpl), mulai di jalur ini kita bisa memandang kearah pantai Cirebon. Burungburung juga akan lebih mudah kita jumpai di daerah ini, dan selanjutnya kita akan sampai di Pengasinan (2.860 m dpl), yang dibutuhkan waktu sekitar 1,5 jam dari Batu Lingga. Di sekitar Pengasinan ini akan dijumpai Edelweis Jawa (Bunga Salju) yang langka itu, namun dari waktu ke waktu semakin berkurang populasinya. Dari Pengasinan menuju puncak Sunan Telaga atau Sunan Cirebon (3.078 m.dpl) masih dibutuhkan waktu sekitar 0,5 jam lagi, dengan melewati jalur yang berbatu-batu.

Dari puncak, akan kita saksikan pemandangan kawah-kawah Gunung Ciremai yang fantastis. Bila cuaca cerah kita juga dapat menikmati panorama yang menarik ke arah kota Cirebon, Majalengka, Bandung, Laut Jawa, Gunung Slamet dan gunung-gunung di Jawa Barat. Pemandangan lebih menarik akan kita jumpai pada waktu matahari terbit dari arah Laut Jawa. Suhu di puncak bisa mencapai 8 -13 C. Dari puncak ke arah kanan kita bisa menuju ke kawah belerang yang ditempuh dalam 1,5 jam perjalanan. Untuk mengitari puncak dan kawah-kawahnya, diperlukan waktu 2,5 jam.

Dari Puncak kearah kiri 15 - 20 menit perjalanan, kita akan jumpai 3 buah cerukan, yang posisinya lebih rendah dari puncak dinding kawah, tempat yang cukup nyaman untuk bermalam dan berlindung dari tiupan angin kencang dari arah kawah.

Perjalanan mendaki puncak Gunung Ciremai rata-rata membutuhkan waktu 8-11 jam dan 5-6 jam untuk turun, dengan demikian kita harus mendirikan tenda di perjalanan. Karena itu perlengkapan tidur (sleeping bag, tenda dsb.), dan perlengkapan masa adalah suatu keharusan.

Pendakian pada musim kemarau cukup menyenangkan karena cuaca lebih bersahabat, dan kondisi medan tidak terlalu licin, serta pemandangan lebih cerah.

Untuk sementara saya baru memakai jalur via Cibunar.

Vegetasi

Hutan-hutan yang masih alami di Gunung Ceremai tinggal lagi di bagian atas. Di sebelah bawah, terutama di wilayah yang pada masa lalu dikelola sebagai kawasan hutan produksi Perum Perhutani, hutan-hutan ini telah diubah menjadi hutan pinus (Pinus merkusii), atau semak belukar, yang terbentuk akibat kebakaran berulang-ulang dan penggembalaan. Kini, sebagian besar hutan-hutan di bawah ketinggian … m dpl. dikelola dalam bentuk wanatani (agroforest) oleh masyarakat setempat.

Sebagaimana lazimnya di pegunungan di Jawa, semakin seseorang mendaki ke atas di Gunung Ciremai ini dijumpai berturut-turut tipe-tipe hutan pegunungan bawah (submontane forest), hutan pegunungan atas (montane forest) dan hutan subalpin (subalpine forest), dan kemudian wilayah-wilayah terbuka tak berpohon di sekitar puncak dan kawah.

Lebih jauh, berdasarkan keadaan iklim mikronya, LIPI (2001) membedakan lingkungan Ciremai atas dataran tinggi basah dan dataran tinggi kering. Sebagai contoh, hutan di wilayah Resort Cigugur (jalur Palutungan, bagian selatan gunung) termasuk beriklim mikro basah, dan di Resort Setianegara (sebelah utara jalur Linggarjati) beriklim mikro kering.

Secara umum, jalur-jalur pendakian Palutungan (di bagian selatan Gunung Ciremai), Apuy (barat), dan Linggarjati (timur) berturut-turut dari bawah ke atas akan melalui lahan-lahan pemukiman, ladang dan kebun milik penduduk, hutan tanaman pinus bercampur dengan ladang garapan dalam wilayah hutan (tumpangsari), dan terakhir hutan hujan pegunungan. Sedangkan di jalur Padabeunghar (utara) vegetasi itu ditambah dengan semak belukar yang berasosiasi dengan padang ilalang. Pada keempat jalur pendakian, hutan hujan pegunungannya dapat dibedakan lagi atas tiga tipe yaitu hutan pegunungan bawah, hutan pegunungan atas dan vegetasi subalpin di sekitar kawah. Kecuali vegetasi subalpin yang diduga telah terganggu oleh kebakaran, hutan-hutan hujan pegunungan ini kondisinya masih relatif utuh, hijau dan menampakkan stratifikasi tajuk yang cukup jelas.

Margasatwa

Keanekaragaman satwa di Ceremai cukup tinggi. Penelitian kelompok pecinta alam Lawalata IPB di bulan April 2005 mendapatkan 12 spesies amfibia (kodok dan katak), berbagai jenis reptil seperti bunglon, cecak, kadal dan ular, lebih dari 95 spesies burung, dan lebih dari 20 spesies mamalia.

Beberapa jenis satwa itu, di antaranya:

Jumat, 04 September 2009

Jenis-jenis Simpul Tali

Agustus 9, 2009

Simpul adalah ikatan pada tali atau tambang yang dibuat dengan sengaja untuk keperluan tertentu. Ikatan itu sendiri, khususnya yang digunakan pada saat Panjat Tebing, terbagi kedalam empat macam. Klik pada rantai tulisan bergaris bawah untuk keterangan dan gambar lebih jelas tentang beragam simpul dan cara membuatnya.

PERINGATAN! Semua tutorial pembuatan simpul dan mekanisme teknis panjat memanjat tidak bisa dipelajari dari sekedar membaca website. Carilah nasehat profesional langsung dari para ahli karena kesalahan dalam pembuatan dan penggunaan bisa berakibat FATAL.

Simpul Pengunci/ Kancing (Stopper Knots): simpul yang dibuat untuk menghindari lepasnya ujung atau ekor tali dari ikatan yang berbentuk lingkaran pada tali tersebut. Dengan adanya simpul pengunci ini ujung tali akan terjerat/ terkunci sekiranya ekor tali tersebut akan terlepas/ keluar dari satu lubang tertentu.

Simpul Penyambung (Bends):simpul yang digunakan untuk menyambung dua tali/ tambang untuk menghasilkan tali gabungan yang lebih panjang. Simpul ini bisa digunakan juga pada dua tali yang ukuran diameternya berbeda.

Simpul Melingkar (Loops):seperti yang disebutkan oleh namanya, simpul yang satu ini membentuk satu lingkaran atau lebih, biasa juga disebut mata, dan umumnya dibuat pada bagian ekor tali/tambang. Simpul ini kuat dan sangat tidak mudah terlepas.

Simpul Pengikat (Hitches):simpul yang diikat pada benda atau objek lain, contohnya karabiner atau alat proteksi tradisional. Benda/ objek lain ini bisa juga tali/ tambang lain yang bukan digunakan untuk mengikat sim

Ada 2 simpul yang paling populer untuk mengikat tali ke harness:

1. Simpul Figure Eight (Bentuk Angka Delapan)
Semua pemanjat tebing harus tau simpul ini dan barangkali hampir 90% pemanjat tebing didunia menggunakan simpul ini pada saat mereka memanjat. Kalo kamu manjat dengan pemanjat yang enggak tau simpul ini, perlu dipertanyakan kamampuan pemanjat tsb (jangan manjat ama dia!).
Kelebihan:
- Simpul ini mudah untuk dipelajari dan mudah untuk dicek
- Simpul ini memiliki kekuatan 75-80 %. Jadi simpul Figure Eight ini lebih kuat dibandingkan simpul Bowline.
Kelemahan:
Kalo kamu sering jatuh dan menggantung pada simpul ini, setelah pemanjatan selesai maka simpul ini akan sangat erat dan susah dilepas. Ini bisa menjadi satu kelebihan kalo kamu memang masih terus memanjat dan ingin tetap terikat kuat dengan talinya. Satu cara melepas ikatan ini yaitu dengan memegang dua sisi angka delapan-nya masing2 dengan tangan kanan dan kiri kemudian goyang2kan kedua tangan tsb keatas dan kebawah berulang2 seperti saat kita mau mematahkan/membengkokkan sebatang tongkat. Dengan cara ini biasanya simpul figure eight akan menjadi lentur dan lebih mudah dilepas.

Penggunaan simpul Bowline untuk mengikat harness sudah tidak dianjurkan meskipun simpul ini aman dan masih sering digunakan untuk pembuatan jangkar pengaman/ anchor.

2. Simpul Double Bowline
Kelebihan:
– Lebih mudah untuk dilepas/ diurai meskipun pemanjat jatuh berkali2 dan mempererat simpul tsb.
Kelemahan:
Belajar mengikat simpul ini enggak semudah mengikat simpul Figure Eight.
Tidak sekuat simpul Angka Delapan
Kekuatan 70-75%.
Agak sulit untuk mengecek benar tidaknya ikatan pada simpul ini. Sering2 di cek terutama bagi mereka yang baru belajar mengikat simpul ini.

Usahakan selalu mengikat kedua simpul ini langsung ke lubang ikatan harness dan jangan menyambung simpul ditambang tsb ke harness menggunakan karabiner. Bagaimanapun juga karabiner bisa gagal dan tidak berfungsi, apakah karena rusak atau kita lupa menguncinya.

Ingat! Setiap kali mengikat simpul sisihkan tali ekor yang cukup panjang dan ikatlah simpul pengunci seperti simpul nelayan (fisherman’s knot) atau paling tidak overhand knot. (simpul nelayan lebih disukai karena lebih kuat dan tidak mudah lepas).

pul ini (simpul tali yang diikatkan ke tali lain).

Kamis, 03 September 2009

Panjat Dinding

"Tak Hanya Stamina

Pagi. Lima anak muda sedang berusaha keras memanjat dinding yang terbuat dari kayu. Jari jemarinya mencengkram kuat. Sesekali harus melompat sambil tetap meraih cenongkan kayu. Sesekali juga, tangannya meraih kapur putih yang disematkan dipinggang. Setelah mencapai puncak, pria itu meluncur turun.

Olahraga ini tidak seperti yang lainnya. Selain bertumpu pada kekuatan tangan dan kaki, juga harus memiliki keahlian. Bagi orang yang fobia dengan ketinggian, alangkah baiknya olahraga ini tidak perlu diikuti. Kegandrungan merayapi dinding bak binatang cicak, seakan bukan hal yang aneh lagi.

Olahraga ini biasa disebut panjat dinding. Jika di alam terbuka dinamai panjat tebing. Panjang dinding, hanyalah latihan dasar agar suatu saat nanti bisa menikmati langsung kemampuannya di alam terbuka. Di Kampus-kampus, tak lengkap rasanya, jika tidak menyiapkan sarana ini. Banyak mahasiswa yang tidak sedikit ikut menikmati olaharaga ini.

Selain memerlukan stamina, olahraga satu ini dibutuhkan konsentrasi untuk menyiasati agar tangan dan kaki selalu menempel serta tidak terpeleset. Jika salah dalam menentukan posisi, maka resiko jatuh sangat mudah terjadi. Namun jangan takut, biasanya sudah diikatkan tali dipinggangnya. Sehingga, tidak langsung terjatuh.

“Kita perlu menjiwai terlebih dahulu titik-titik yang akan kita taklukan. Ini sebagai salah satu prosesi memanjat. Kekuatan otot tangan dan kaki, memang menjadi andalan, tapi ketrampilan juga menjadi penentunya,” ujar Wawan, seorang pemanjat dinding di Universitas Jakarta.

Titik-titik yang dimaksud adalah pinjakan poin. Pijakan ini terbuat dari batu buatan yang dipasang di dinding. Fungsinya untuk dijadikan pijakan atau pegangan pada saat ingin memanjat. Tinggi dinding, biasanya mencapai 20 meter.

Jika tidak mampu mengendalikan diri, biasanya atlet sulit untuk merayap lebih tinggi. Semakin tinggi dinding, maka semakin besar juga kekuatan tubuh untuk bisa mencapai titik puncaknya. Karena, semakin tinggi maka semakin kuat grativasi bumi. Sedangkan tumpuan kaki dan tangan manusia terbatas.

“Kalau jiwa kita sedang sulit mengendalikan diri, maka tidak mungkin bisa menaklukannya. Makanya, harus terus berlatih. Kalau perlu, menatap papan dinding harus dilakukan. Ini untuk membentuk kesabaran olahraga memanjat,” ujarnya.

Kenikmatan panjat dinding, usai penaklukan. Tanpa mental yang baik, seseorang tidak akan sanggup menikmati alam dari ketinggian yang antigravitasi ini. Jangan harap bisa berlenggang-lenggok di papan panjat. Yang melihat dari bawah, seperti liukan seni tarian yang indah.

Dinding yang dibuatnya, bervariasi tingkat kesulitan kelokannya. Ada yang dibuat khusus pemula dan yang profesional. Yang pemula, tingkat pijakannya berdekatan dan mudah diraih tangan atau kaki. Sedangkan yang profesional, lebih sulit. Biasanya, dibuatkan kemiringan dinding. Semakin profesional, maka kemiringan juga semakin terjal.

Olahraga ini, masih tergolong mahal. Selain memerlukan sarana dinding memanjat, juga harus memiliki peralatan yang cukup. Semakin berkualitas alatnya, maka semakin mahal harganya. Apalagi yang berlisensi dan sebagian besar masih impor dari luar negeri.

Beberapa alat wajib yang harus dipakai, yaitu figure of 8 (descender), harness, Gri-gri, carabiner screw gate, carabiner gate, carabiner bent gate, runner (dua carabiner gate dan bent gate yang disatukan dengan memakai quickdraw sling), sepatu panjat, helm, chalk bag dan magnesium karbonat yang berfungsi untuk menjaga tangan terhindar dari keringat

Soal alat, Wawan mengatakan, tidak harus lengkap untuk pemula. Yang paling terpenting alat-alat yang berfungsi untuk keselamatan. Faktor inilah, yang harus diprioritaskan. Pemula, kata dia, harus memahami alat dengan baik dan benar. Begitupun soal kecermatan penggunaan alat itu.

Intinya, kata dia, keberanian menjadi penentunya. Jika merasa takut, tidak akan bisa berhasil menaklukannya. Menurut dia, yang paling nikmat dari olahraga ini adalah berada di ketinggian. Sama seperti kehidupan. Untuk mencapai keberhasilan harus dimulai dari usaha dan kerja keras. “Itulah maknanya. Tidak mungkin mencapai puncak keberhasilan jika tidak kerja keras,” ujarnya.

“Itulah makna panjat dinding. Kita ingin melampiaskan semua persoalan dengan usaha dan kerja keras. Tidak hanya itu, kita bisa mensyukuri betapa luasnya alam ini, sehingga bisa tunduk dengan Maha Kuasa,” tuturnya.

Untuk yang fobia ketinggian, cobalah untuk mencobanya. Olahraga ini bisa dijadikan terapi alternatif. Lamban laun, ketakutan itu bisa dihilangkan. “Semua kalangan bisa mencobanya. Kesannya memang mahalan, padahal sangat sederhana. Orang yang takut ketinggian, jika terbiasa akan hilang dengan sendirinya,” ujarnya.

alat-alat panjat tebing








Mengenal Alat-Alat Panjat Tebing

>  Sebagai pemula, Anda akan dipusingkan seputar nama-nama aneh dari
> peralatan panjat. Tulisan ini menyajikan fungsi dari peralatan panjat,
> setelah membacanya anda akan mengetahui perbedaan antara; nuts dan
> cams, friends dan carabiner, dan lainnya.

> Belay Device (Peralatan untuk Belay)

> Belay Device adalah peralatan untuk menahan tali saat pemanjatan
> agar pemanjat tidak terjatuh. Banyak jenis yang biasa dipakai,
> yang paling sering dipakai adalah ATC, Figure 8, dan Grigri.

> Cam atau Friends

> Spring Loaded Camming Device (SLCD) atau biasa disebut cam atau
> friends adalah peralatan proteksi pemanjatan yang fenomenal,
> diciptakan oleh Ray Jardine seorang aerospace engineer yang
> senang manjat pada tahun 1973. Jika ditarik, ujungnya akan mengecil
> sehingga mudah dimasukkan ke celah tebing. Jika dilepas ujungnya
> akan mengembang memenuhi celah tebing. Cam tersedia dalam beberapa
> ukuran disesuaikan dengan lebar celah tebing.

> Carabiner

> Ada banyak jenis carabiner, setiap jenis memiliki fungsi tersendiri
> dalam pemanjatan.
> Carabiner HMS memiliki kunci (screw) sebagai pengaman, dipakai
> sebagai anchor pada top roping dan juga dipakai oleh belayer.
> Carabiner D atau Oval dan Snap (Snapring) digunakan untuk keperluan
> lain seperti untuk dipakai bersama dengan cam dan draw.

> Quickdraw atau Runner

> Adalah pasangan webbing atau sling dengan dua buah carabiner jenis
> snapring, dipakai sebagai alat proteksi di tebing.

> Hexes

> Adalah pasangan sling dengan tabung alumunium (titanium) segi enam.
> Berfungsi sama dengan cam, berharga lebih murah, tetapi lebih sulit
> dalam penempatannya di celah tebing. Seperti cam. hexes tersedia dalam
> beberapa ukuran.


> Nuts

> Nuts adalah peralatan proteksi yang paling banyak dipakai oleh
> pemanjat tebing, fungsinya sama dengan cam dan hexes dengan harga
> lebih murah.

> Tricams

> Adalah peralatan proteksi pemanjatan, walaupun berbeda bentuk tetapi
> fungsinya sama dengan nuts. Pemakaiannya relatip sulit, tidak
> dianjurkan dipakai untuk pemula.

Sekilas Tentang Panjat Dinding


Kemunculan olahraga panjat dinding tak bisa dilepaskan dari perkembangan panjat tebing di alam terbuka. Kegiatan ini merupakan salah satu cabang mendaki gunung. Di Indonesia, perkembangan panjat tebing mulai disebarluaskan dari Gladian Pecinta Alam pada 1975 di Gunung Citatah, Padalarang, Jawa Barat. Pada salah satu mata acara pertemuan, para pecinta alam ini mengajarkan teknik panjat dan turun tebing.
Tahun 1976, Harry Suliztiarto mahasiswa Seni Rupa ITB, tak sanggup lagi menahan obsesinya. Dengan tali nilon dia mulai latihan panjat-memanjat di Citatah, dan di-belay oleh pembantu rumahnya. Tahun berikutnya, bersama Agus Resmonohadi, Heri Hermanu dan Deddy Hikmat, rekan-rekan mahasiswa ITB, Harry mendirikan Skygers Amateur Rock Climbing Group di Bandung

Pada dekade 80-an, Skygers membuka kursus panjat tebing (yang dijuluki padepokan), yang menyedot banyak murid berasal dari berbagai provinsi dan berhasil menyebarluaskan olahraga panjat tebing di Indonesia.
Dunia petualangan Indonesia makin marak ketika empat atlet panjat tebing papan atas dari Prancis datang ke Jakarta. Atas undangan Kantor Menpora dan Kedutaan Besar Prancis untuk Indonesia, mereka menularkan ilmu pemanjatan pada dinding buatan kepada para pemanjat lokal pada 1988. Di waktu yang sama, lahir Federasi Panjat Gunung dan Tebing Indonesia. Ketuanya, Harry Suliztiarto – pemanjat legendaris yang sempat merayapi atap Planetarium Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Sejak persentuhan itu panjat dinding terus berkembang. Tiap tahun popularitasnya menunjukkan grafik yang menaik. Dari Pulau Jawa, kegiatan ini menyebar ke luar. Pada 1991, digelar kejuaraan nasional panjat dinding yang pertama di Padang, Sumatera Barat. Sebelumnya ada kejuaraan dan diikuti pemanjat se-Indonesia, namun julukannya belum lagi kejuaraan nasional, dan diselenggarakan di Jawa dan Bali saja.
Dibanding panjat tebing alam, memanjati dinding buatan menawarkan beberapa kemudahan. Satu contoh dari segi pencapaian lokasi, dinding panjat buatan jauh lebih gampang. Dinding panjat dibangun pada wilayah keramaian, seperti kampus, mal atau pusat olahraga.
Kondisi ini sangat berbeda dengan pemanjatan di tebing alam. Seorang pemanjat harus berlelah-lelah mencapai kaki tebing sebelum melakukan pemanjatan. Tak jarang, kemah induk pemanjatan harus dicapai setelah melakukan perjalanan selama beberapa hari.
Ini sebabnya dinding panjat buatan sekarang tumbuh subur di berbagai kampus dan sekolah menengah di kota-kota besar. Seakan suatu fasilitas pendidikan tidak lengkap jika tanpa dinding panjat. Di Jakarta hampir semua kampus besar seperti Universitas Borobudur, Universitas Tarumanegara, Universitas Mercu Buana, dan sebagainya memiliki dinding panjat. Sekolah menengah pun demikian.
Walau lebih mudah dicapai, bukan berarti panjat dinding tak butuh kesiapan mental dan fisik si pelakunya. Tanpa mental yang baik, seseorang takkan sanggup menikmati tarian ketinggian yang antigravitasi ini. Jangan harap bisa berlenggang-lenggok di papan panjat.
Fisik yang amburadul sudah pasti akan menghambat proses pemanjatan. Itu sebabnya, disarankan untuk tetap giat berlatih agar stamina bisa tetap terjaga. Persiapan fisik yang terbaik adalah melakukan angkat badan. Namun sebelum ini, jika mengikuti petunjuk kesehatan olahraga, tentunya harus ada persiapan fisik seperti lari ringan dan senam untuk memperkuat jantung dan paru. Melatih otot jari dan lengan berarti sebelumnya mengembangkan otot pundak dan pangkal lengan. Kunci kesuksesan pemanjat dalam menyelesaikan jalur tanpa jatuh adalah kekuatan jari mencengkeram pegangan.
Dalam kegiatan panjat tebing hobi yang utama adalah berhasil mencapai puncak jalur tanpa terjatuh. Tali pengaman memang mengamankan tubuh agar tidak terempas kalau pegangan terlepas. Namun ’’seni” panjat tebing adalah menyelesaikan masalah di mana kita menempatkan tubuh dan mencengkeram pegangan serta memijakkan kaki agar tidak terjatuh. Jika aliran gerak tubuh ini meliuk lancar maka mereka yang di bawah akan melihatnya sebagai suatu tarian vertikal yang seakan menentang gaya tarik bumi.
Kalau mau mencoba panjat dinding, ada beberapa alat wajib yang harus dipakai, yaitu figure of 8 (descender), harness, Gri-gri, carabiner screw gate, carabiner gate, carabiner bent gate, runner (dua carabiner gate dan bent gate yang disatukan dengan memakai quickdraw sling), sepatu panjat, helm, chalk bag dan magnesium karbonat – berfungsi untuk menjaga tangan terhindar dari serangan keringat. Semua ini, bahkan sepatu panjat pun disediakan di arena dinding panjat PI Mall.
Bila melakukan pemanjatan di Pondok Indah Mall, semua alat itu sudah tersedia. Cukup bayar sewa sebesar Rp 30.000, kita bisa langsung mencoba jalur pemanjatan. Pada hari biasa, harga itu untuk dua jam, sedang weekend menjadi satu jam saja.

Rabu, 02 September 2009

Materi Panjat Tebing

Macam-macam Climbing
Climbing terbagi 5 macam yaitu
1) Bouldering
Pemanjatan tanpa menggunakan alat khusus dengan ketinggian maksimal 5 meter. Pemanjatan ini dilakukan sebagai pemanasan untuk pemanjatan pada medan yang lebh tinggi.
2)Aid Climbing / Artifical Climbing (Direct Aid Climbing)
Pemanjatan tebing ini dilakukan dengan menggunakan alat yang selengkap-lengkapnya
3) Bigwall Climbing (Indireck Aid Climbing)
Pemanjatan dengan menggunakan alat atau tidak dengan maksimal ketinggian 5 meter.
4) Free Climbing
Pemanjatan dengan menggunakan alat pengaman seadanya.
5) Free Soloing Pemanjatan ini biasanya dilakukan oleh master-master climbing karena memerlukan pengetahuan tentang climbing lebih jauh dan pemanjatan ini dilakukan tanpa pengaman sama sekali pada tebing-tebing yang tinggi
2.2 Latihan Fisik

Seorang climber biasanya melakukan pemanasan terlebih dahulu sebelum melakukan pemanjatan. Latihan fisik yang biasanya dilakukan diantaranya:

1) Push up
(min 100x dalam satu waktu), kegunaannya yaitu untuk melatih jari agar lebih kuat dalam memegang point.
2)
Full up
(min 15x dalam satu waktu), kegunaannya yaitu untuk melatih otot tangan
.3)
Sit up
(min 75x dalam satu waktu),
kegunaannya yaitu untuk melatih otot perut.
4) Lari kegunaanya untuk melatih kaki agar tidak kram saat melakukan pemanjatam
5) Jumping jack2.3 Peralatan Climbing1) TaliTali dibagi 2 macam Tali serat alam (tali dadung)
Tali serat sintetis

Tali serat sintetis menjadi dibagi 2 yaitu
a. Tali Hau serlaid (terbuat dari nilon)
b. Tali Kern mantel, tali ini dibagi 2 bagian yaitu bagian mantel biasanya bagian ini terbuat dari kain khusus dan bagian inti yang umumnya bagian ini terbuat dari serabut-serabut nilon.
Tali kern mantel ada 3 jenis yaitu:

a. Dinamis, tali ini lentur dengan daya regang sekitar 30 % biasa digunakan untuk climbimg

b. Statis, tali ini kurang lentur dan daya regang sekitar 15% biasa digunakan untuk rappelling.


c. Semi, daya regang antara dinamis dan statis dapat digunakan untuk climbing maupun rappelling.
Cara perawatan tali

1. Usahakan tali jangan terlalu banyak terkena sinar matahari
2. Jaga tali jangan sampai tergesek benda tajam
3. Cuci tali kemudian keringkan di tempat yang tidak terlalu panas

4. Bila sudah kering gosok tali dengan menggunakan lilin
Hal yang dapat merusak tali

1.Tergesek benda tajam

2.Terlalu banyak terkena sinar matahari

3.Pemakaian yang tidak selayaknya, missal:tali dinamis dipakai untuk rappeling
2) Carabiner
Carabiner adalah pengaman pemanjat berupa cincin kail yang meyambungkan raner dengan badan climber yang dipasang pada harness.

Bahan-bahan carabiner:

1. Besi Baja

2. Campuran alumunium
Jenis pinti carabiner:

1.Memakai kunci (screw gate,), carabiner jenis ini lebih aman tapi sulit untuk dipasang atau dilepas
2.Tanpa kunci, carabiner ini lebih mudah untuk dipasang dan dilepas tapi keamanannya tidak seperti carabiner screw gate.
3) HarnesYaitu pengaman yang dipakai oleh climber
Jenisnya yaitu:-sit harness
-full boby (body harness)4) SlinkSlink yaitu tali penggabung carabiner
Slink ada 2 macam yaitu:

a slink pita dapat digunakan untuk menyambung carabiner

b.slink prusik
5) Raner
Raner yaitu gabungan antara carabiner dan slink
6)
Sepatu Panjat

Sepatu panjat biasanya terbuat dari karet mentah, bagian depan dari sepatu panjat ini lebih keras agar kaki climber tidak sakit.
7) Webing
Webing biasanya digunakan untuk pengaman badan climber pengganti harness yang umumnya terbuat dari nilon.

Kapasitas menahannya sekitar 4000 pon dan kekuatan menahannya tergantung dari simpulnya.
8) Piton
Piton biasanya digunakan pada saat memanjat tebing alam fungsinya sebagai pengaman pemanjatan pengganti raner yang digunakan pada bongkahan-bongkahan batu.9) Cok
Cok bermacam-macam bentuknya, diantaranya bentuk persegi empat dan persegi enam. Bentuk segi empat panjangnya dari ½ cm-1 ½ cm dipasang pada bongkahan-bongkahan tebing, segienam ukuran panjangnya 2cm-5cm. Tali cok terbuat dari baja. Keuntungan menggunakan cok sebagai raner pada bongkahan-bongkahan batu ditebing adalah dapat dilepas kembali dengan menggunakan alat pembukanya.

10) Figure of eight Digunakan pada biley/ rappelin
11) Glops
Sarung tangan yang biasa dipakai oleh biley/ rappeling untuk menghindari gesekan langsung ke tali.
12) Helmet

Helmet digunakan sebagai pelindung kepala climber
13)Chock Bag
Digunakan sebagai pengemas chock(magnesium) yang fungsinya untuk tangan dan kaki agar tidak licin ssat memanjat.
14) Stik Plan

Digunakan sebagai duscander untuk menuruni tebing umumnya terbuat dari alumunium
15) Rock Bandering
Pada zaman dahulu sering digunakan untuk mengemas peralatan panjat, tapi sekarang sudah tidak dipakai karena telah ditemukan harness untuk membawa peralatan panjat.
16)Ascander
Ascander digunakan untuk naik diudara(bukan pada tebing) dapat juga digunakan untuk menaiki tebing yang posisinya vertical.
17)Discander
Discander digunakan untuk turun dengan menggunakan tali bukan pada tebing.

18) Pulley

Pulley digunakan untuk mengangkat peralatan dari bawah kepuncak tebing, bentuknya seperti katrol kecil dan terbuat dari campuran beton dan alumunium.

2.4 TEKNIK PEMANJATAN
A.
Kategori pemanjatan berdasarkan kondisi permukaan tebing
:Face climbing
Fristion Climbing
Fissure Climbing


B. Tumpuan

Tumpuan tangan
Tumpuan kaki

C. Gerakan


1. pemilihan jalur


2. keseimbangan dan koordinasi

3. penyesuaian tubuh terhadap tumpuan

4. penghematan energi dan istirahat

5. Traversing

6. janning, crack climbing, cinney
7. mantlehelp8. ‘ v ‘ dan operhang
9. climbing down
2.5 BILEY
Biley adalah orang yang menentukan keselamatan dari climber oleh karena itu seorang biley harus berkonsentrasi penuh untuk menghindari kecelakaan pada climber. Maka dari itu dibutuhkan komunikasi dan kekompakan yang baik antara climber dan biley.

2.6 TEKNIK PEMASANGAN

Dalam pemasangan instalasi climbing, tali tidak boleh terkena / tergesek tebing langsung karena dapat merusak tali oleh karena itu diperlukan carabiner da slink untuk mengikat tali. Pemasangannya harus tepat dan benar untuk menghindari kecelakaan dan untuk memberikan rasa aman, nyaman pada saat pemanjatan.